Analisis Kelayakan Bisnis/Investasi

haloha teman-teman balik lagi diblog kali ini kita akan membahas mengenai Analisis Kelayakan Bisnis/Investasi yah.... 



A.  Defnisi Analisis Kelayakan Bisnis

Kasmir dan Jakfar (2012) mengemukakan bahwa Studi Kelayakan Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan.

Sedangkan menurut Husnan dan Muhammad (2004) studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan proyek merupakan sebuah penelitian yang menjelaskan mengenai dapat atau tidaknya suatu proyek (biasanya sebuah proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Dimana istilah proyek diartikan sebagai bentuk pendirian suatu usaha baru atau pengenalan suatu produk baru atau modifikasi dari produk yang sudah ada.

Pada umumnya sebuah bisnis dengan investasi yang signifikan memerlukan study kelayakan bisnis. Karena terkait dengan hal-hal sebagai berikut :

  • Kekuatan (Strength) : Sebuah bisnis perlu mengetahui apa yang menjadi karakteristik dan kekuatan dari bisnis yang akan dijalankannya. Dari karakteristik inilah sebuah bisnis dapat memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitarnya, dan menjadi pembeda terhadap bisnis lain yang serupa.
  • Kelemahan (Weaknesses) : Sebuah bisnis juga perlu mengetahui apa yang menjadi kelemahan mereka sehingga kelemahan tersebut dapat diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik. Dengan mengenali kelemahan sebuah bisnis juga dapat terus memperbaiki diri sehingga bukan tidak mungkin mendapatkan progress dan upgrade yang signifikan di masa yang akan datang.
  • Kesempatan (Opportunity) : Kesempatan adalah bagaimana bisnis tersebut memiliki kesempatan untuk berkembang di masa yang akan datang secara internal. Secara eksternal, bagaimana sebuah bisnis dapat memberikan keuntungan bagi bisnis lainnya serta bagi masyarakat sekitarnya.
  • Ancaman (Threats) : Merupakan ancaman yang dapat datang dari pesaing dan pemain bisnis serupa, yang membuat bisnis harus senantiasa waspada. Saat ini, ancaman tidak hanya datang dari pesaing di bisnis serupa. Namun juga adaptasi terhadap perubahan serta perkembangan teknologi yang berkembang dengan pesat dan signifikan.
B.  Kreteria Investasi yang Menguntungkan 

  1. Payback Period

Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay. Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.

1.  Rumus Payback Periode


    a.  Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda

Payback Period = n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n

c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1

    b.  Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama

Payback Peiod = (investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun

  • Periode pengembalian lebih cepat : layak
    • Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
    • Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih

2.  Kelebihan dan Kelemahan Payback Period


        a.  Kelebihan
Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi. Memberikan informasi mengenai lamanya break even project. Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya. Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.

    b.  Kelemahan
Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai. Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang). Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan. Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.

3.  Contoh Perhitungan Payback Periode

Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama


PT. Maju Terus Pantang Mundur melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $ 22.500, maka payback periodnya adalah : Payback Period=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun Payback Period=($ 45.000)/($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period=2 tahun Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Apabila investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period yang paling kecil. Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai berikut:

Tahun Proceed Proceed Kumulatif

1 $ 50.000 $ 50.000
2 $ 40.000 $ 90.000
3 $ 30.000 $ 120.000

4 $ 20.000 $ 140.000

Maka payback periodnya adalah:

Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 100.000-$ 90.000)/($ 120.000-$ 90.000) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 10.000)/($ 30.000) x 1 tahun
Payback Period=2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

    2.  Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit/Cost Ratio (B/C ratio) digunakan untuk mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Jika nilai B/C = 1, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Jika nilai B/C < 1 dan B < C artinya output yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya. Umumnya proposal investasi diterima jika B/C > 1, sebab output yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan.

    3.  Net Present Value (NPV)

NPV adalah kriteria terpenting dalam evaluasi sebuah investasi merupakan tujuan manajemen keuangan semua perusahaan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. NPV adalah selisih jumlah kas yang yang dihailkan sebuah proyek investasi dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih PV dari sebuah proyek dan investasi awal.

Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value) dari keseluruhan proceeds yang diharapkan atas discount rate tertentu. Kemudian jumlah present value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan present value dari jumlah investasinya  (initial investment). Selisih antara Present Value dari keseluruhan dengan Present Value dari pengeluaran modal (Capital outlays) dinamakan nilai neto sekarang (Net Present Value).

Rumus yang digunakan :

npv

Kesulitan penggunan NVP adalah investor atau manajer keuangan harus medapat tingkat diskonto yang representatif untuk setiap proyek investsi. Untuk investor perusahaan, tingkat diskonto ini adalah rata-rata tertimbang dari biaya dana atau rata-rata tertimbang dari struktur modal perusahaan itu. Untuk investor individu, tingkat diskonto yang relevan adalah biaya bunga pinjaman atau biaya modal sendiri.

Adapun Kelebihan dari NPV, sebagai berikut:


  • Memperhatikan nilai waktu dari pada uang (time value of money)

  • Mengutamakan aliran kas yang lebih awal

  • Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek atau investasi

Kelemahan dari NPV, sebagai berikut:


  • Memerlukan perhitungan Cost Of  Capital sebagai Discount Rate

  • Lebih sulit penerapannya dari pada Pay Back Period


    4.  Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat pengembalian nilai investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).

Rumus yang dapat digunakan dalam IRR adalah:

Dimana:

P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV positif

P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif

C1 = NPV positif

C2 = NPV negative

Contoh Penggunaan IRR :

 

Tuan Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun sebuah usaha yaitu Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah Rp.640 juta. Proyek penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:

Berapakah IRR Pabrik Susu Tersebut ?

 


Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P1 adalah 19%. Maka nilai C1 adalah:

Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest Factor sebagai berikut:

NPV = PV Proceed — PV Outlays

NPV = Rp. 640,26 juta — Rp. 640 juta

NPV = Rp. 260.000

Nilai P1 dan C1 telah diketahui yaitu :

P1 adalah 19%

C1 adalah Rp.260.000

 

Sedangkan untuk mencari nilai C2, kita gunakan P2 misalnya 20%, sehingga nilai P2 dan C2 adalah:

NPV = PV Proceed – PV Outlays

NPV = Rp.619,91 juta – Rp.640 juta

NPV = Rp.20,09 juta

Sehingga IRR dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%


C.  Contoh Kasus Perhitungan Penilaian Investasi dengan NPV

Contoh :

Misal jika suku bunga diasumsikan sama tiap tahunnya  sebesar 12% dan arus kas masuk bersih pun sama yaitu sebesar Rp. 5.700.000,- serta nilai investasi awal sebesar Rp.18.000.000,- maka dengan perhitungan sederhana nilai NPV didapat sebesar Rp.2.547.110,49,- (investasi selama 5 tahun).

Jawab :

nvp

D.  Video 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME REKAYASA PERANGKAT LUNAK

Business Model Canvas untuk Perencaan Bisnis

Berbagi Bisnis Saya