Analisis Kelayakan Bisnis/Investasi
Sedangkan menurut Husnan dan Muhammad (2004) studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan proyek merupakan sebuah penelitian yang menjelaskan mengenai dapat atau tidaknya suatu proyek (biasanya sebuah proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Dimana istilah proyek diartikan sebagai bentuk pendirian suatu usaha baru atau pengenalan suatu produk baru atau modifikasi dari produk yang sudah ada.
Pada umumnya sebuah bisnis dengan investasi yang signifikan memerlukan study kelayakan bisnis. Karena terkait dengan hal-hal sebagai berikut :
- Kekuatan (Strength) : Sebuah bisnis perlu mengetahui apa yang menjadi karakteristik dan kekuatan dari bisnis yang akan dijalankannya. Dari karakteristik inilah sebuah bisnis dapat memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitarnya, dan menjadi pembeda terhadap bisnis lain yang serupa.
- Kelemahan (Weaknesses) : Sebuah bisnis juga perlu mengetahui apa yang menjadi kelemahan mereka sehingga kelemahan tersebut dapat diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik. Dengan mengenali kelemahan sebuah bisnis juga dapat terus memperbaiki diri sehingga bukan tidak mungkin mendapatkan progress dan upgrade yang signifikan di masa yang akan datang.
- Kesempatan (Opportunity) : Kesempatan adalah bagaimana bisnis tersebut memiliki kesempatan untuk berkembang di masa yang akan datang secara internal. Secara eksternal, bagaimana sebuah bisnis dapat memberikan keuntungan bagi bisnis lainnya serta bagi masyarakat sekitarnya.
- Ancaman (Threats) : Merupakan ancaman yang dapat datang dari pesaing dan pemain bisnis serupa, yang membuat bisnis harus senantiasa waspada. Saat ini, ancaman tidak hanya datang dari pesaing di bisnis serupa. Namun juga adaptasi terhadap perubahan serta perkembangan teknologi yang berkembang dengan pesat dan signifikan.
- Payback Period
Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).
Menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay. Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.
1. Rumus Payback Periode
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
- Periode pengembalian lebih cepat : layak
• Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
• Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih
2. Kelebihan dan Kelemahan Payback Period
3. Contoh Perhitungan Payback Periode
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama
PT. Maju Terus Pantang Mundur melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $ 22.500, maka payback periodnya adalah : Payback Period=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun Payback Period=($ 45.000)/($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period=2 tahun Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Apabila investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period yang paling kecil. Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai berikut:
Tahun Proceed Proceed Kumulatif
1 $ 50.000 $ 50.000
2 $ 40.000 $ 90.000
3 $ 30.000 $ 120.000
Payback Period=2+($ 100.000-$ 90.000)/($ 120.000-$ 90.000) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 10.000)/($ 30.000) x 1 tahun
Payback Period=2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit/Cost Ratio (B/C ratio) digunakan untuk mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Jika nilai B/C = 1, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Jika nilai B/C < 1 dan B < C artinya output yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya. Umumnya proposal investasi diterima jika B/C > 1, sebab output yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan.
3. Net Present Value (NPV)
NPV adalah kriteria terpenting dalam evaluasi sebuah investasi merupakan tujuan manajemen keuangan semua perusahaan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. NPV adalah selisih jumlah kas yang yang dihailkan sebuah proyek investasi dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih PV dari sebuah proyek dan investasi awal.
Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value) dari keseluruhan proceeds yang diharapkan atas discount rate tertentu. Kemudian jumlah present value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan present value dari jumlah investasinya (initial investment). Selisih antara Present Value dari keseluruhan dengan Present Value dari pengeluaran modal (Capital outlays) dinamakan nilai neto sekarang (Net Present Value).
Rumus yang digunakan :
Kesulitan penggunan NVP adalah investor atau manajer keuangan harus medapat tingkat diskonto yang representatif untuk setiap proyek investsi. Untuk investor perusahaan, tingkat diskonto ini adalah rata-rata tertimbang dari biaya dana atau rata-rata tertimbang dari struktur modal perusahaan itu. Untuk investor individu, tingkat diskonto yang relevan adalah biaya bunga pinjaman atau biaya modal sendiri.
Adapun Kelebihan dari NPV, sebagai berikut:
- Memperhatikan nilai waktu dari pada uang (time value of money)
- Mengutamakan aliran kas yang lebih awal
- Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek atau investasi
Kelemahan dari NPV, sebagai berikut:
- Memerlukan perhitungan Cost Of Capital sebagai Discount Rate
- Lebih sulit penerapannya dari pada Pay Back Period
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat pengembalian nilai investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).
Rumus yang dapat digunakan dalam IRR adalah:
Dimana:
P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV positif
P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif
C1 = NPV positif
C2 = NPV negative
Contoh Penggunaan IRR :
Tuan Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun sebuah usaha yaitu Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah Rp.640 juta. Proyek penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:
Berapakah IRR Pabrik Susu Tersebut ?
Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P1 adalah 19%. Maka nilai C1 adalah:
Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest Factor sebagai berikut:
NPV = PV Proceed — PV Outlays
NPV = Rp. 640,26 juta — Rp. 640 juta
NPV = Rp. 260.000
Nilai P1 dan C1 telah diketahui yaitu :
P1 adalah 19%
C1 adalah Rp.260.000
Sedangkan untuk mencari nilai C2, kita gunakan P2 misalnya 20%, sehingga nilai P2 dan C2 adalah:
NPV = PV Proceed – PV Outlays
NPV = Rp.619,91 juta – Rp.640 juta
NPV = Rp.20,09 juta
Sehingga IRR dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%
C. Contoh Kasus Perhitungan Penilaian Investasi dengan NPV
Contoh :
Misal jika suku bunga diasumsikan sama tiap tahunnya sebesar 12% dan arus kas masuk bersih pun sama yaitu sebesar Rp. 5.700.000,- serta nilai investasi awal sebesar Rp.18.000.000,- maka dengan perhitungan sederhana nilai NPV didapat sebesar Rp.2.547.110,49,- (investasi selama 5 tahun).
Jawab :
D. Video
Komentar
Posting Komentar